Menyambut Bulan Imunisasi Anak Sekolah ( BIAS ),
Alian, (Jum’at, 09/10/2018) Menuju Indonesia sehat UPT Puskesmas
Alian menugaskan dua orang ahli kesehatan yaitu Ibu Dwi sulis, Amd. Keb dan Ibu
Asih Yuli Wardani untuk melakukan BIAS pada peserta didik kelas 1 dan 2 MI Ma’arif
Surotrunan melakukan imunisasi booster DT untuk kelas 1 dan Td untuk kelas 2.
Tampak beberapa peserta didik
sudah mulai takut saat mulai mengantri dipanggil, sementara ada juga peserta
didik yang tampak tenang hingga namanya dipanggil oleh wali kelas. Raut wajah
pun berbeda-beda diperlihatkan peserta didik saat jarum suntik mulai diberikan.
Jarum suntik ini berlaku 1 jarum suntik untuk 1 orang peserta didik.
Salah satu petusah kesehatan mengatakan kalau Kandungan dalam
Vaksin Difteri Tetanus (DT) memiliki toksoid Difteri yang lebih tinggi yaitu 20
Lf dan kandungan toxoid tetanus murni 7,5 Lf. Sedangkan Vaksin Td memiliki
kandungan toksoid difteri dengan dosis lebih rendah sepersepuluh dari vaksin DT
yaitu difteri 2 Lf, sedangkan kandungan toksoid tetanus berjumlah sama 7,5 lf,
dengan ukuran tiap dosisnya sama 0,5 ml.
Sebagai Pengetahuan kita ;
1. Difteri
adalah penyakit yang disebabkan oleh Corynebacterium dan biasanya menyerang
amandel, tenggorokan, hidung, serta kulit. Penyakit ini menyebar dengan cepat
melalui partikel udara lewat batuk, bersin, atau tertawa. Jika terkena penyakit
ini, Anda akan merasakan gejala berupa radang tenggorokan, serak, hingga
masalah pernapasan. Bahkan, difteri bisa menyebabkan kematian jika tidak segera
ditangani sehingga membutuhkan pencegahan berupa vaksin.
Vaksin
untuk difteri itu sendiri ada tiga jenis, yaitu DPT-HB-Hib, vaksin DT, dan
vaksin Td. Vaksin ini diberikan pada usia yang berbeda, di antaranya:
a)
Bayi di
bawah satu tahun diberikan tiga dosis vaksin DPT-HB-Hib dengan jarak satu
bulan.
b)
Anak usia
18 bulan diberikan satu dosis vaksin DPT-HB-Hib.
c)
Anak
sekolah kelas 1 SD diberikan satu dosis vaksin DT di bulan November.
d) Anak sekolah kelas 2 SD diberikan satu dosis vaksin Td
di bulan November.
e)
Anak
sekolah kelas 5 SD diberikan satu dosis vaksin Td di bulan November.
2.
Tetanus
adalah penyakit kejang otot seluruh tubuh dengan mulut terkancing tidak bisa
dibuka.
Cara
penularan Difteri melalui percikan-percikan ludah penderita waktu batuk dan
bersin, melalui sapu tangan, handuk dan alat-alat makanan yang dicemari
kuman-kuman penyakit.
Sedangkan
Tetanus penuralannya melaui tali pusat karena pertolongan persalinan yang tidak
bersih/steril, melalui luka (tertusuk paku, beling,dll).
Vaksin ini memiliki manfaat untuk memberikan proteksi terhadap
penyakit Difteri dan Tetanus. Penyakit Difteri yang biasanya menyerang bagian
atas mukosa saluran pernapasan dan kulit yang terluka. Gejala penyakit difteri
biasanya ditandai dengan sakit tekak dan demam secara tiba-tiba disertai
tumbuhnya membran kelabu yang menutupi tonsil serta bagian saluran pernapasan.
Sedangkan penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena
mempengaruhi sistem urat saraf dan otot.
Dengan memberikan vaksin DT dan
Td merupakan salah satu upaya preventif untuk pencegahan dan menciptakan
kekebalan secara terus menerus untuk penyakit tersebut, sehingga diharapkan
dengan pemberian vaksin ini dapat memberikan perlindungan sampai dewasa.
Imunisasi yang telah diperoleh pada waktu bayi, belum cukup
untuk melindungi dari penyakit Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
sampai usia anak sekolah. Hal ini disebabkan, Sejak anak mulai memasuki usia
SD/MI, terjadi penurunan terhadap tingkat kekebalan. Oleh sebab itu, pemerintah
menyelenggarakan imunisasi ulangan pada anak usia SD/MI atau sederajat yang
pelaksanaannya serentak di Indonesia dengan nama BIAS. “BIAS ini bertujuan
untuk memberikan perlindungan bagi anak anak usia SD/MI terhadap penyakit campak,
difteri dan tetanus. Karena itu kami harap para orang tua tidak perlu khawatir,
jika anaknya diimunisasi di sekolah oleh petugas puskesmas.
.:AA 15 MY:.